20 Agustus 2009
Fendy Parulian – Batik Gorga
20/06/2009 in Artikel Batik
Globalisasi ternyata tidak mematikan batik, justru menumbuhkan kebutuhan akan identitas lokal. Adanya kebutuhan itu juga mendorong lahirnya pengusaha batik baru, bahkan pada masa ketika ekonomi Indonesia dalam keadaan buruk. Fendy Parulian adalah salah satu pendatang baru yang memulai usahanya empat tahun lalu, meskipun mengaku tertarik pada batik sejak 15 tahun lalu. Batiknya ada yang mengikuti pakem batik seperti motif lereng dan kawung terutama untuk pakaian laki-laki, tetapi ia juga membuat ragam hias dan komposisinya dengan cara baru. Kain panjang bermotif bunga misalnya, dibuat menjuntai dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas seperti pada batik pesisiran selama ini. Ia sengaja tidak membuat tumpal mati tetapi bersambung dengan motif yang disusun diagonal seperti lereng. “Saya mau mencoba yang baru, mengapa tidak,” katanya usai memperlihatkan koleksi batik Gorga di tokonya di Jakarta Selatan, Senin lalu. Fendy menyebut kainnya ditenun di Laos dengan benang sutera dari Cina karena kapok memberi benang kepada penenun di dalam negeri sebab benang darinya ada yang diganti dengan benang poliester. Menghadapi turunnya permintaan dibandingkan tahun lalu, Fendy berencana memproduksi kain yang ragam hiasnya tidak serumit kain batiknya selama ini yang harganya ada yang mencapai Rp 8 juta per lembar termasuk selendang.
Sumber : (nmp) Kompas Cetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar